About

Selamat Datang

Kamis, 04 Oktober 2012

spektroskopi Uv-Vis


UV-VIS
Warna-warna yang Nampak dan fakta orang bisa melihat adlah akibat-akibat absorbs energy oleh senyawa organic dan anorganik. Penangkapan energy matahari oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah suatu aspek lain dan interaksi senyawa organic dengan energy cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli kimia organic ialah fakta bahwa panjang gelombang pada sustu senyawa organic menyerap energy cahaya, bergantung pada setruktur  senyawa itu. Oleh karena itu teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan (dari) senyawa yang diketahui (Fesseden, 1986).

Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks dapat memiliki warna tertentu. Dimilikinya warna tersebut  akibat adanya transisi electron yang terjadi  pada daerah sinar tampak (Vissible). Pada transisi ini electron pindah dari dari suatu term dengan tingkt energy tertentu menuju ke term dengan tingkat energy yang lebih tinggi (Effendy, 2010).

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spectrum ultraviolet bergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan terlihat dri senyawa-senyawa organic berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya terjadi antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan adalah merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital-orbital yang bersangkutan. Pemisahan tenaga yang lebih tinggi diperoleh bila electron-elektron dalam ikatan σ tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan relative tidak banyak memberikan keterangan. 200 nm eksitasi system terkonjugasi π segera dapat diukur dan spectra yang diperoleh memberikan banyak keterangan. Dalam praktek, spektrofotometri ultraviolet digunakan terbtas pada system-sistem terkonjugasi (Sidohamadjojo, 1985).

Pengukuran absorbansi atau transmitasi dalam spektrskopi Ultraviolet dan daerah tampak digunakan untuk analisis kuantitatif spesies kimia. Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap yang pertama yaitu M+hv M*, merupakan eksitasi spesies akibat absorbs foton (hv) dengan waktu hidup terbatas (10-8-10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya daerah ultraviolet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi electron ikatan. Puncak absorbs (λ maks) dapat dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan yang ada dalam spesies . Spektroskopi absorbsi berguna untuk mengkarakterisasikan gugus fungsi dalam suatu molekul dan untuk analisis kuantitatif. Spesies yang mengansorbsi dapat melakukan transisi yang meliputi (Khopkar, 1990):
  •  Electron π,σ, dan n
  • Electron-elektron d dan f
  • Transfer muatan electron


Trasisi yang meliputi electron π,σ, dan n- elekron terjadi pada molekul-molekul organic dan sebagian kecil anion anorganik. Molekul tersebut mengabsorbsi radiasi elektromagnetik karena adanya electron valensi, yang tereksitasi ketingkat energy yang lebih tinggi. Dan absorbs trjadi dalam daerah UV-Vakum (<185 mm). Sedangkan kromofor dengan energy eksitasi yang rendah mempunyai  daerah absorbsi diatas 180 nm. Elektron dari molekul organic yang mengabsorbsi meliputi electron yang digunakan pada ikatan antara atom-atom dan elektro nonbonding atau electron tidak berpasangan yang pada umumnya terlokalisasi. Transisi electron pada tingkat-tingkat energy terjadi dengan mengabsorbsi radiasi sehingga menyebabkan terjadi transisi σ-σ*, n-σ*, n-π* dan π-π*, dimana σ* dan π* adalah orbital atom anti ikatan sedangkan n merupakan orbital tidak berikatan yang mempunyai energy diantara orbital ikat dan anti ikatan (Khopkar, 1990).

Pelarut dapat mempengaruhi transisi n→π*, dan π→π*. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan kemampuan pelarut untuk mensolvasi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi (Rohman,2010).
Tabel 2,1
Pergeseran-pergeseran panjang gelombang aseton yang mengalami transisi n→π* dalam berbagai pelarut (Sumber: Pavia et.el)
Pelarut
Air
Metanol
Etanol
Kloroform
Heksana
Λ (nm)
264,5
270
272
277
279

Dari table ini dapat diketahui bahw aseton yang mengalami transisi n→π* akan mempunyai panjang gelombang yang paling kecil jika dilarutkan dalam air  (246,5) yang merupakan pelarut yang paling polar pada table diatas, dan juga akan mempunyai panjang gelombang yang paling besar jika dilarutkan dalam pelarut yag paling non polar. Hal sebaliknya akan terjadi jika suatu senyawa yang mengalami transisi π→π* dilarutkan pada pelarut yang paling polar dari serangkaian pelarut yang diuji, maka dalam pelarut yang paling polar senyawa yang mengalami transisi π→π* akan mempunyai panjang gelombang yang palin besar (Rohman, 2010).

Suatu Spektrometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinu, monokromator, sel pegabsorsi untuk lartan sampel atau blank dan suatu alat untuk mengukur prbedaan absorbs antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).

Daftar Pustaka
Effendy. 2010. Spektroskopi UV/Vis Senyawa Koordinasi. Malang: UM Press
Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Aalitik. Jakarta: UI Press
Sastrohamidjojo, H. 1990. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty

0 komentar:

Posting Komentar